Bunda Maria Menjadi Teladan Bagi Umat Katolik Karena

Bunda Maria Menjadi Teladan Bagi Umat Katolik Karena

Tidak terasa saat ini kita sudah memasuki bulan Oktober 2014 yang merupakan bulan Maria. Kita semua giat berdoa Rosario baik di lingkungan maupun di komunitas rohani lainnya. Lantas apa dan bagaimana keteladanan Bunda Maria ? Hal ini merupakan tema dalam pertemuan Persekutuan Doa Pembaharuan Karismatik Katolik ( PDPKK ).

Pertemuan PD PKK St. Albertus Agung pada hari Senin tanggal 6 September 2014 ini di Aula Gereja dengan pembicara Bapak Haryanto dari Shekinah membahas tentang keteladan Bunda Maria. Sekitar 50 peserta PD PKK ini menyimak dengan serius apa yang dijelaskan oleh pembicara tentang keteladanan Bunda Maria ini.

Keteladan Bunda Maria sungguh banyak sekali namun antara lain adalah sebagai berikut :

Dalam kesempatan ini Bapak Haryanto berkenan mendoakan secara khusus kepada para peserta yang terbeban dengan segala persolan di dalam kehidupan ini. Beberapa peserta satu persatu maju dan didoakan secara khusus. Sebuah kesempatan yang sangat bagus.

Persekutuan Doa ini diselengggarakan rutin setiap Senin jam 19.30 WIB di Aula Gereja St. Albertus Agung dan terbuka buat umat yang rindu untuk mendengarkan firman dan menyembah Tuhan. Bagi kaum muda tersedia PD OMPKK Lumen Dei yang diselenggara ditempat dan waktu yang sama setiap Hari Jumat kecuali Jumat pertama. Sedangkan untuk anak – anak tersedia PD Kids Nicolaus yang diselenggarakan setiap hari Rabu sore jam 18.30 WIB di Tisano Studio Harapan Indah BB No. 10 Kota Harapan Indah.

Di Stasi Harapan Indah ada beberapa kelompok kategorial dan PD PKK ini hanya salah satu bagian dari kelompok kategorial di Stasi Harapan Indah. Salah satu perintah Tuhan kepada kita adalah berkomunitas. Mari kita berkomunitas dan silahkan bebas memilih dari beberapa komunitas yang ada di Gereja kita.

UMAT KATOLIK MANYEMBAH ATAU MEMUJI BUNDA MARIA?

Kita sering   mendengar banyak orang berkata bahwa umat katolik menyembah Bunda María. Ada juga orang yang mungkin tidak mengerti mengapa umat Katolik berdoa di depan patung atau gambar Perawan Maria. Padahal dalam Kitab Suci sudah sangat jelas ada larangan penyembahan selain kepada Allah Yang Esa.

Dalam tulisan ini, saya ingin memberikan pencerahan atas pertanyaan-pertanyaan atau keraguan tentang kebaktian Katolik kepada Maria. Dan bagi umat Katolik, tulisan ini mengajak agar kita semakin semangat untuk mempendalami iman tentang pentingnya peran Bunda Maria di dalam gereja yang satu dan kudus.

Ada perbedaan antara kata menyembah dan memuji. Menyembah merupakan penghormatan yang khidmat dengan sujud dan memuja; memuji adalah suatu perasaan yang lahir atas kekaguman sehingga memberikan sebuah penghargaan dengan cara memuliakan.

Menyembah dalam bahasa latin “Latría” atau dalam bahasa yunani  “λατρεια” (latreia) yang berarti penyembahan atau kultus yang harus diberikan hanya kepada Allah karena Ia adalah Tuhan dari segala ciptaan, sumber kebaikan, kebijaksanaan, belaskasih, dan penyelamat kita.

Menyembah Allah berarti memberikan segala penghormatan serta penyerahan diri secara absolut karena kerendahan kita dihadapan keagungan Tuhan.

Umat Katolik hanya menyembah kepada Allah, ini tertera dalam Kitab Suci sebagai kebenaran iman.

Dalam kitab Keluaran 20: 4-5 berbunyi “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu...”

Umat Katolik tidak menyembah Bunda Maria, kepadanya diberikan pujian yang istimewa sebagai tanda hormat kita kepada sang bunda yang telah melahirkan Penebus dunia. Kultus yang diberikan kepada Maria dikenal dengan “hiperdulía”,  ini lebih tinggi dari kultus yang diberikan kepada para Santo atau orang kudus yang disebut “dulia”.

Pujian kepada Maria diberikan karena dia adalah wanita yang dipilih Allah untuk menjadi Bunda Kristus; artinya Maria tidak seperti yang lainnya karena dia menerima berkat dan karunia yang khusus untuk menjadi Bunda dari Allah sendiri.

Coba kita mengenang kembali narasi tentang Maria mengunjungi Elisabet  dalam kitab Lukas1: 41-42 “Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabet pun penuh dengan Roh Kudus, lalu berseru dengan suara nyaring: Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu”. Dan selanjutnya

Pernyataan Elisabet mengafirmasikan bahwa Maria adalah wanita yang diberkati karena dia dipilih oleh Allah untuk membawa Juruselamat di dalam rahimnya, dan itulah sebabnya kita umat Katolik memanggilnya demikian dari generasi ke generasi.

Oleh karena itu, penghormatan dan pujian yang diberikan umat Katolik kepada Perawan yang Terberkati memiliki dasar alkitabiah yang kuat.

Kepada Maria kita memberikan cinta yang istimewa, meniru teladan hidupnya, menghormatinya dan percaya kepadanya seperti kepercayaan yang diberikan Yesus kepadanya.

Dia adalah makhluk pertama yang sepenuhnya dimuliakan Allah, suatu tanda konkret tentang keselamatan Yesus Kristus dalam kemanusiaan kita. Memuliakan Maria berarti mengakui iman kita dalam penggenapan Paskah Yesus Kristus yang kuat dalam diri kita.

Maria selalu memerhatikan kita, mengasihi kita dengan cinta seorang ibu yang tak ada batas karena Yesus sendiri telah menyerahkan kita kepadanya: Yoh: 19: 26 “ibu inilah anakmu”. Kita pun demikian mengasihi Maria dalam ketaatan kepada Yesus dan kesetiaan kepada Injil: Yoh 19: 27 “inilah ibumu”. Itulah sebabnya dengan penuh percaya diri kita menghadap Maria untuk menyampaikan segala kebutuhan dan percaya dengan perantaraan keibuannya.

Maria Perantara Kepada Kristus

Kita menghormati dan memuliakan Maria karena ia adalah perantara kepada Kristus bagi semua anak yang datang memohon belaskasih Allah. Gereja Katolik tidak pernah mengajarkan bahwa Maria menggantikan posisi Tuhan Yesus sebagai perantara.

Gereja selalu mengajarkan bahwa hanya Kristuslah satu-satunya jalan untuk menuju Bapa, dan hanya melalui Dialah kita didamaikan dengan Allah; ini berarti Yesus adalah satu-satunya mediator Allah dengan Manusia.

Namun ada arti lain dari kata “perantara” yang menjurus pada pemohon bantuan. Contohnya: kita sering kali meminta bantuan para imam atau orang lain agar didoakan.

Dalam konteks ini, mereka pun menjadi perantara namun bukan berarti mengesampingkan peranan Kristus sebagai mediator utama. Jadi dalam hal ini yang ingin disampaikan adalah Maria adalah perantara yang istimewa karena lebih dekat dan bersatu dengan Sabda inkarnasi dan sekaligus menjadi Ibunya.

Kita bisa melihat contoh peran mediasi Maria yang meminta bantuan kepada Yesus dalam narasi Kitab Suci tentang pernikahan di Kana Galilea, injil Yoh 2: 1-11. Intervensi Bunda Maria dalam mukjizat pertama Putranya bukanlah suatu kebetulan. Narasi pernikahan di Kana menyoroti peran kooperatif Maria dalam misi Tuhan Yesus.

Jadi doa dan pujian yang diberikan kepada Bunda Maria bukanlah bentuk penyembahan, melainkan penghormatan dan cinta sebagai Bunda Allah. Tidak diragukan lagi bahwa dia adalah wanita yang paling diberkati dan suci, dan karena alasan itu, Maria pantas untuk dicintai, dihormati, dan diteladani.

Seringkali juga ada suara-suara dari non Katolik mengatakan bahwa kita menyembah Maria ketika melihat kita mempersembahkan bunga, memberi lilin, dan mendupai patung atau gambar Bunda Maria.

Persembahan tersebut sekali lagi bukanlah bentuk penyembahan. Umat katolik tidak menyembah Patung ataupun gambar; sudah sangat jelas tertera dalam kitab Keluaran 20: 4-5.

Kalau kita melihat narasi kitab Bilangan 21:8 “Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup”.

Allah menyuruh Musa membuat patung sebagai simbol keselamatan dari kematian akibat gigitan ular, namun bukan sumber keselamatan atau keselamatan itu sendiri. Karena sesungguhnya keselamatan itu hanya ada pada Yesus Kristus.

Begitu pula dengan patung atau gambar Bunda Maria ataupun para santo, bukan untuk disembah melainkan untuk merangsang iman dan kepercayaan kita. Karena di balik patung atau gambar ada sosok yang menjadi panutan dalam hidup yang telah memberikan kesaksian hidup tentang iman dan kepercayaannya kepada Allah.

Ungkapan Iman Tidak Dibatasi Mata

Perlu diklarifikasi, ketika seorang Katolik berdoa dan di depannya ada sebuah gambar, ia tidak pernah berpikir untuk memohon pada gambar tersebut. Sekali lagi pada gambar tidak; pikiran kita tertuju pada orang yang berada di balik gambar itu.

Kita tidak pernah percaya atau mengajarkan bahwa gambar bisa berbicara, bisa melihat, ataupun berjalan. Bagi kita semuanya itu hanyalah representasi dari Yesus, Maria atau seorang santo santa.

Dan jika kita mencium, memberikan bunga, atau memberi lilin, mendupai, itu hanyalah suatu bentuk untuk mengekspresikan kasih kepada dia yang berada di balik gambar tersebut.

Ini juga sering terjadi dalam kehidupan kita. Jika kita melihat orang yang kita kasihi dalam sebuah foto, kita langsung mengenang sosok dalam foto tersebut, ada sebuah perasaan yang tersirat saat itu, bukan fotonya.

Jadi sekali lagi, gambar atau patung kudus hanyalah sebuah representasi, karena ungkapan iman tidak dibatasi dengan dipandang mata, melainkan lebih jauh dari itu.

Dengan ini saya akhiri, Katekismus Gereja Katolik menjelaskan bahwa ini adalah ibadah yang sama sekali berbeda dari penyembahan: no. 971.

"Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia" (Luk 1:48). "Penghormatan Gereja untuk Perawan Maria tersuci termasuk dalam inti ibadat Kristen" (MC 56). "Tepatlah bahwa ia dihormati oleh Gereja dengan kebaktian istimewa. Memang sejak zaman kuno santa Perawan dihormati dengan gelar 'Bunda Allah'; dan dalam segala bahaya dan kebutuhan mereka umat beriman sambil berdoa mencari perlindungannya... Kebaktian Umat Allah terhadap Maria... meskipun bersifat istimewa, namun secara hakiki berbeda dengan bakti sembah sujud, yang dipersembahkan kepada Sabda yang menjelma seperti juga kepada Bapa dan Roh Kudus, lagi pula sangat mendukungnya" (LG 66). Ia mendapat ungkapannya dalam pesta-pesta liturgi yang dikhususkan untuk Bunda Allah (Bdk. SC 103). Dan dalam doa marian - seperti doa rosario, yang merupakan "ringkasan seluruh Injil" (Bdk. MC 42)..”.

Ave Maria. Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria memberkati. ( Patrisius Frans Maria Bora. OSM)

Teladan Nyata Bunda Maria

Ternyata benar, hati yang tenang menghasilkan proses kelahiran yang berjalan lancar tanpa kesulitan.

Tidak banyak tulisan tentang Bunda Maria yang dapat kutemui di Alkitab, namun ajaran Gereja Katolik tentangnya telah berhasil membuatku mengagumi dan menaruhnya di tempat istimewa dalam hati.

Teladannya paling terasa nyata saat aku memulai babak baru dalam hidup sebagai seorang istri dan ibu. Sesaat setelah menikah, suami membawaku pindah ke kota lain dan berdua kami memulai hidup baru dengan  sederhana, meninggalkan segala fasilitas orangtua yang selama ini dengan mudah kunikmati.

Kala itu, cerita kesederhanaan Bunda Maria sebagai seorang istri dari seorang tukang kayu menjadi teladan. Sikapnya yang selalu digambarkan tenang dan tulus menjalani hari-hari berhasil membuatku cepat beradaptasi dan menikmati suasana baru.

Perjalanan keteladanan Bunda Maria di dalam hidupku semakin nyata saat aku hamil. Terus terngiang-ngiang kisah bagaimana Bunda Maria amat bergembira menerima kabar kehamilannya, bahkan menganggap kabar itu sebagai sebuah sukacita besar meski ia belum bersuami. Mual, muntah, badan pegal-pegal dan beban berat di perut yang membuatku cukup sulit beraktivitas seperti biasa, jadi terasa ringan karena aku mengadopsi sukacita Bunda Maria atas kehamilan. Apalagi bila kusadari bahwa kehamilan adalah sungguh sebuah anugerah, mengingat banyaknya pasutri yang belum dikaruniai keturunan.

Aku berhasil melalui masa-masa kehamilan dengan sangat baik dan menyenangkan tanpa satupun cerita buruk. Rasanya pujian Bunda Maria yang sering kudengar, "Jiwaku memuliakan Tuhan, dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya" (Lukas 1:46)  juga mulai menjadi pujianku kepada Tuhan.

Saat menjelang kelahiran pun tiba. Saat itu, orangtua dan mertua atau sanak saudara lain tak ada yang bisa mendampingi. Hanya aku, suami dan para medis saja yang mempersiapkan kelahiran. Rasa takut dan khawatir sempat hadir karena ini adalah pengalaman pertamaku. Namun lagi-lagi kisah Bunda Maria menjadi penyemangat yang dapat menenangkan. Aku teringat bahwa Bunda Maria secara tiba-tiba harus melahirkan di sebuah kandang hewan, tanpa bantuan para medis. Kisah itu berhasil menyemangatiku. Aku yang melahirkan di ruang bersalin sebuah rumah sakit yang bersih, didampingi oleh para medis berpengelaman, sudah selayaknya bisa tenang tanpa keraguan apapun.

Tiba-tiba rasanya Malaikat Gabriel juga datang kepadaku dan berkata, "Jangan takut, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah" (Lukas 1:30). Dan ternyata benar, hati yang tenang menghasilkan proses kelahiran yang berjalan lancar tanpa kesulitan.

Ternyata perjuangan belum berakhir. Beberapa saat setelah kelahiran suasana mencekam datang. Aku mengalami pendarahan dan bayiku tak sadarkan diri karena paru-parunya terinfeksi air ketuban. Dua minggu kami menjalani perawatan, setiap saat ucapan Bunda Maria "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu" (Lukas 1:38) menjadi doa dan sumber kekuatanku.

Setelah kegentingan itu berlalu, aku memilih menjalani peran sebagai menjadi ibu rumah tangga sepenuhnya yang memberikan hampir 100% perhatianku pada suami, anak dan kebutuhan rumah. Keputusan ini kuambil sebagai ungkapan syukur atas karunia besar yang Tuhan berikan kepadaku, sebagai sebuah persembahan hidup sebagaimana apa yang sudah Bunda Maria contohkan. Teladan ini kudapat dari Bunda Maria yang dalam beberapa cerita yang kubaca selalu setia dan tulus melayani Santo Yosef, Yesus dan bahkan para murid Yesus. Pun setiap kali aku merasa lelah, Bunda Maria menjadi tempat mengadu sekaligus menimba kekuatan baru.

Ya, sosok Bunda Maria sungguh nyata hadir menemani keseharianku sebagai seorang istri dan ibu.

Penulis: Reta Alacoque (retagalih.phe)

Bunda Maria. Semua umat Katolik pastinya mengenal dan mengimani sosok Bunda Maria karena ia adalah ibu dari Sang Juruselamat yang diutus ke dunia. Bunda Maria mulai ikut turut ambil bagian dalam karya penyelamatan Allah ketika ia diserahkan tugas oleh Allah melalui Malaikat Gabriel yang menyampaikan kabar kepada Bunda Maria bahwa ia akan mengandung dan melahirkan Sang Juruselamat yang harus ia beri nama Yesus.

Sikap keteladanan Bunda Maria sama seperti Pesawat yang berusaha untuk tetap bertahan walaupun banyak rintangan di udara seperti angin kencang, hujan badai, dan sebagainya agar bisa mengantar penumpang ke tempat tujuan dengan selamat. Bunda Maria juga tetap teguh dan berserah diri kepada Allah atas segala gejolak yang ia alami dalam hidupnya dan menyimpan serta merenungkan semua permasalahan dalam hatinya karena ia tidak mau orang lain merasakan penderitaan yang ia rasakan. Bunda Maria berusaha memikul semua bebannya sendiri dengan tetap teguh dan tabah dalam melalui semua penderitaan yang ia rasakan, terutama saat ia mengikhlaskan Putranya untuk disalibkan demi menebus dan menghapuskan segala dosa umat manusia. Walaupun hatinya teriris karena melihat penderitaan yang dialami oleh Putranya dalam jalan salib menuju Golgota, tetapi ia tetap tegar dan berusaha bangun untuk menghantar dan menemani Putranya untuk menunaikan tugas-Nya sebagai Sang Juruselamat hingga Ia wafat, bangkit, dan diangkat ke Sorga. Seluruh hidup Bunda Maria diabdikan untuk mewujudkan karya penyelamatan Allah dan ia selalu berserah diri kepada kehendak Tuhan dengan berkata: "Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu".

Keistimewaan Bunda Maria yang saya teladani dalam hidup melalui karya keselamatan Allah adalah sikap ketaatan dan keteguhan terhadap tugas yang diberikan Allah walaupun banyak sekali cobaan dan gejolak yang ia hadapi dalam hidupnya dan selalu berusaha untuk menyimpan segala permasalahan yang ada di dalam hatinya.

Terkadang saya malah mengeluh dalam melaksanakan suatu tugas atau saat menghadapi permasalahan yang tidak bisa saya lewati terutama dalam menjalani hidup panggilan saya untuk menjadi seorang imam. Untuk menjadi seorang imam tidaklah mudah karena harus melewati proses yang cukup panjang terdiri dari masa formatio, masa studi, dan masa pastoral yang dimaksudkan untuk melatih para formandi agar bisa mengolah diri dan berkembang menjadi pribadi yang baik dalam segi rohani, intelektual, dan sosial pelayanan sehingga bisa menghasilkan para calon imam yang berkualitas dan bermutu. Terkadang saya terombang-ambing di dalam gejolak dan pergulatan yang saya alami dalam hidup sehingga saya sering ragu-ragu dalam melangkah dan mengambil keputusan karena takut akan mengambil keputusan yang salah. Seharusnya saya bisa mengambil keputusan dan terus melangkah maju walaupun banyak pergulatan dan gejolak yang saya hadapi karena semuanya itu diberikan oleh Tuhan untuk menguatkan dan meneguhkan iman saya kepada-Nya. Saya harus bisa berserah diri seluruhnya kepada Tuhan sama seperti yang dilakukan oleh Bunda Maria dalam melaksanakan tugas yang diberikan Allah kepada-Nya sebab semua yang saya hadapi dan alami telah diatur sedemikian rupa oleh Tuhan untuk mencapai suatu tujuan yang ingin Ia capai. Saya harus tetap teguh dan yakin bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkan umat-Nya yang senantiasa berseru dan berserah diri kepada-Nya. Saya juga harus tetap berusaha untuk bangun kembali bila saya terjatuh sama seperti Bunda Maria yang selalu bangkit dan bangun kembali saat menghadapi suatu permasalahan agar saya bisa terus melangkah maju untuk menjalani hidup panggilan saya dengan baik dan lancar dengan penuh sukacita dan kegembiraan sehingga saya bisa mencapai cita-cita yang ingin saya gapai yaitu untuk menjadi seorang imam.

Ya Bunda Maria, doakanlah saya kepada Putra-Mu agar saya bisa mengarungi samudera hidup ini dengan penuh sukacita dan kegembiraan karena saya yakin dan percaya bahwa engkau dan Putramu selalu mengiringi dan melindungi langkah kaki saya dalam menjalani segala lika-liku kehidupan yang saya miliki untuk mencapai cita-cita yang ingin saya gapai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Lihat Humaniora Selengkapnya

Bunda Maria adalah pribadi yang begitu dihormati oleh Gereja Katolik dan dinobatkan sebagai Bunda Gereja. Bunda Maria diakui dan dihormati sebagai Bunda Allah dan Penebus. Ia dianugerahi karunia serta martabat yang amat luhur, yakni menjadi Bunda Putera Allah, maka juga menjadi puteri Bapa yang terkasih dan kenisah Roh Kudus. Karena anugerah rahmat yang sangat istimewa itu ia jauh lebih unggul dari semua makhluk lainnya, baik di surga maupun di bumi.

Bunda Maria pun menerima salam sebagai anggota Gereja yang  unggul dan sangat istimewa, pun juga sebagai pola-teladannya yang mengagumkan dalam iman dan cinta kasih. Teladan Bunda Maria tampak bukan hanya pada saat dirinya dipilih Allah sebagai perawan yang melahirkan sang Juruselamat, akan tetapi juga tampak dalam seluruh pemberian hidup bunda Maria kepada dunia. Keteladanan bunda Maria senantiasa relevan bagi kita, kaum muda. Mari kita merefleksikan keteladanan bunda Maria bagi kaum muda.

Reaksi Maria dalam menerima kabar gembira

Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: “Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau.” Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: “Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.

Dalam potongan perikop injil Lukas diatas, kita dapat merasakan bagaimana reaksi Bunda Maria terhadap orang asing yang ternyata merupakan malaikat pembawa kabar karunia. Tidak ada reaksi berlebihan seperti meloncat atau langsung menolak karena takut akan munculnya orang asing. Maria yang terkejut justru memilih untuk diam dan tetap tenang. Dia memilih berusaha memahami keadaan yang terjadi dengan imannya. Perawan dari Nazaret itu sejak saat pertama dalam rahim dikaruniai dengan semarak kesucian yang sangat istimewa. Maria menerima salam malaikat pembawa warta dengan sebutan “penuh rahmat”. Kepada utusan dari surga itu ia menjawab: “Aku ini hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu” (Luk. 1:38). Demikianlah perawan Maria menyetujui sabda ilahi, dan menjadi Bunda Yesus. Dengan sepenuh hati yang tak terhambat oleh dosa mana pun ia memeluk kehendak Allah yang menyelamatkan. Maria membaktikan diri seutuhnya sebagai hamba Tuhan dan mengabdikan diri kepada misteri penebusan Ilahi.

Reaksi perawan Maria terhadap kedatangan kabar mengejutkan yang dibawa oleh orang asing, begitu tenang. Maria tetap mendengarkan malaikat itu berbicara mengenai karunia yang Ia dapatkan. Lantas bagaimana hal ini dapat dikaitkan dengan kondisi saat ini dimana teknologi semakin canggih, dan akses informasi begitu mudah diakses?  Ketenangan Maria dapat menjadi contoh bagaimana sikap kita dalam menerima segala jenis informasi atau berita bisa diakses dengan cepat terutama informasi-informasi tersebut terkadang bisa memprovokasi kita. Banyak dari para kaum muda saat ini langsung bereaksi dengan berkomentar nyiyir dan menjatuhkan tanpa tau cerita yang terjadi sebenarnya.

Sebagai orang muda Katolik, kita diajak untuk mencontoh sikap Bunda Maria dalam menerima sebuah informasi, yaitu dengan diam terlebih dahulu dan belajar memahami keadaaan dan informasi yang sebenarnya. Kita jangan cepat terhasut oleh pemberitaan yang kenyataanya tidak benar atau bisa dikatakan hoax.

Seperti pesan Paus Fransiskus di Hari Komunikasi Sosial Sedunia ke-55 pada 16 Mei 2021, Paus mengajak para junalis dan pengguna sosial media untuk kembali kejalan yang benar. Artinya, kita diajak untuk tidak reaktif menyebarkan berita yang kita tidak tau kepastiannya, melainkan reflektif dengan “datang dan lihatlah”. Kita harus mengecek dan memverifikasi secara lebih mendalam apakah berita yang kita sebar sesuai di lapangan atau tidak. Hal ini tentu akan membawa kita menjadi pewarta kabar berita yang baik dan bisa membantu menyelesaikan salah satu tantangan dunia ini.

Peran bunda Maria dalam mukjizat pertama Yesus

Teladan Bunda Maria juga bisa kita lihat dari kedekatan relasi yang dia jalin bersama Yesus putranya. Kita bisa melihatnya pada kisah pernikahan di Kana saat Yesus membuat mukjizat-Nya yang pertama (Yoh 2:1-11).

Ketika mereka kekurangan anggur, ibu Yesus berkata kepada-Nya: “Mereka kehabisan anggur.” Kata Yesus kepadanya: “Mau apakah engkau dari pada-Ku, ibu? Saat-Ku belum tiba.” Tetapi ibu Yesus berkata kepada pelayan-pelayan: “Apa yang dikatakan kepadamu, buatlah itu!” (Yoh 2 : 3 – 5)

Kutipan perikop injil Yohanes di atas menunjukan bahwa di balik penyataan bunda Maria kepada Yesus, tersirat  kedekatan relasi seorang ibu kepada anaknya. Bunda Maria sangat mengenal Yesus, dan percaya bahwa Yesus mampu membuat mukjizat. Dari sanalah terjadi mujizat Yesus yang pertama yaitu berubahnya air menjadi anggur. Kisah tersebut menunjukkan relasi yang sangat dekat antara bunda Maria dan Yesus.

Bagi kita, para kaum muda, ada masa dimana kita mengalami keterpurukan dan kesulitan di dalam hidup. Disaat tak ada lagi orang yang membantu, satu-satunya tumpuan dan batu karang yang bisa kita pegang hanyalah Tuhan Yesus Kristus Sang Juruselamat. Sebagaimana teladan bunda Maria, kita berdoa meminta pertolongan kepada Tuhan. Meskipun doa kita belum tentu langsung dijawab oleh-Nya, kita wajib tetap percaya dan menunggu. Seperti yang dilakukan bunda Maria, walaupun Yesus berkata “ini belum waktunya”, namun Bunda Maria tetap percaya bahwa Yesus akan melakukannya. Kita mungkin akan bertanya-tanya mengapa doa kita belum terjawab, atau kita berpikir mungkinkah Tuhan tak lagi sayang kepada kita. Dalam kondisi seperti ini, sebaiknya kita meneladani sikap bunda Maria, yakni tetap percaya dan setia kepada rencana Tuhan walaupun terkadang rencananya sulit dimengerti dan sulit kita terima dalam kacamata kita sebagai manusia.

Bunda Maria yang berkedudukan sebagai seorang ibu, tidak serta-merta memaksakan kehendaknya kepada Yesus padahal hal tersebut bisa saja dilakukannya. Bunda Maria justru memilih memposisikan dirinya sebagai hamba dan murid Yesus dan menuruti setiap perintah-Nya. Sungguh sikap ketaatan dan kerendahan hati yang sangat luarbiasa dan patut diteladani.  Karena pada akhirnya Yesus akan menjawab doa setiap umat-Nya, pada waktu yang tepat. Begitu pula dengan kita, sebagai orang muda yang begitu dikasihi oleh Tuhan, kita perlu bercermin dari kepasrahan bunda Maria.

Dalam penderitaan hingga wafat Yesus di salib, bunda Maria merelakan Sang Anak yang begitu ia cintai. Bunda Maria pun mengalami duka dan penderitaan yang begitu mendalam.  Namun, di tengah duka yang ia hadapi, di tengah penderitaan dan kehilangan yang ia alami, bunda Maria tetap teguh pada imannya akan rencana Tuhan. Kita pun perlu meneladani keteguhan iman bunda Maria ketika dia harus mengalami penderitaan yang begitu dahsyat, dan ketika harus mengalami duka kehilangan Sang Putra yang begitu ia cintai demi rencana Tuhan. Di dalam keterpurukan, kita perlu berpegang teguh pada iman kita, pada rencana Tuhan yang lebih besar daripada rencana kita. Kita harus setia dan percaya bahwa Tuhan begitu mencintai kita umatNya dalam keadaan suka maupun duka hidup kita.  Bunda Maria mengajarkan bahwa penderitaan yang dialaminya merupakan jalan rencana karya keselamatan bagi banyak orang. Sikap inilah yang patut kita contoh dan kita imani sebagai generasi muda Katolik penerus Gereja.

Semoga kita semakin dikuatkan dan diteguhkan dalam iman, terutama dalam menghadapi masalah dan gejolak kehidupan yang terjadi saat ini. Kita harus menjadi anak-anak muda yang ambil bagian dalam karya keselamatan yang telah Tuhan sediakan bagi kita dan bagi orang-orang di sekeliling kita.

Youtube Channel : Bible Learning with Father Josep Susanto

Masih ingatkah kita akan dialog Yesus, Maria dan murid yang dikasihi-Nya di bawah kaki salib? Kala itu, Yesus berpesan kepada Maria: “Ibu, inilah anakmu” dan kepada muridnya: “Inilah Ibumu”. Dialog singkat namun sarat makna itu meneguhkan hubungan Maria dan murid-murid Yesus. Sejak itu, “murid itu menerima Ibu Yesus dalam rumahnya”.

Hari ini kita memperingati peringatan wajib Santa Perawan Maria, Bunda Gereja. Di balik setiap kesuksesan seorang anak tentu ada sosok yang mendidiknya. Sabda Yesus sungguh menjelaskan hal ini di mana Maria telah ditunjuk untuk menjadi Ibu kita: “apa yang diajarkan Gereja tentang maria berakar dalam iman terhadap Kristus, dan sekaligus menjelaskan Iman akan Kristus” (KGK 487). Maka, kita pun sebagai Gereja meneladani Maria yang sungguh dengan setia menerima sabda Allah  (Fiat mihi secundum Verbum Tuum) dan melahirkan Yesus Kristus. Bersama Bunda Maria, jemaat perdana berkumpul dan berdoa di saat Roh Kudus turun atas mereka (Pentakosta).

Bunda Maria memberikan teladan sebagai bunda Gereja. Kesetiaan imannya terbukti dalam mengikuti Yesus dalam peristiwa sengsara dan wafat-Nya di kayu salib. Tugas Maria terhadap Gereja berasal dari “persatuannya dengan Kristus”. Gereja Katolik menghormati Bunda Maria sebagai Bunda Gereja dalam tatanan rahmat.karena teladan “iman, harapan dan kasihnya dalam mengobarkan jiwa-jiwa” [KGK 968]. Maka marilah kita secara pribadi juga menempatkan Maria sebagai Bunda kita dan Bunda Gereja yang mengantar kita pada Putra-Nya Tuhan kita Yesus Kristus.

Allah Bapa di Surga terima kasih atas bimbingan Roh Kudus-Mu yang menunjukkan sosok teladan iman yang luar biasa dalam diri Santa Perawan Maria. Semoga kami dapat meneladaninya dalam mengikuti Yesus, Tuhan dan pengantara kami.

Bunda Maria merupakan sosok yang sangat penting dalam agama Katolik, dan juga menjadi inspirasi bagi umat Kristiani di seluruh dunia. Bunda Maria menjadi teladan bagi kita semua dalam kesabaran, kepercayaan, dan pengabdian kepada Tuhan. Dalam kesederhanaannya, Maria mengajarkan kita untuk merendahkan diri dan selalu siap melayani sesama dengan penuh kasih sayang.

Bunda Maria adalah sosok yang sangat penting dalam agama Katolik, ia dianggap sebagai ibu rohani bagi seluruh umat Kristiani. Bunda Maria dikenal sebagai sosok yang penuh kasih sayang, kesabaran, kelembutan, dan kekuatan, serta merupakan salah satu contoh teladan bagi setiap orang yang mengikuti ajaran Kristus. Siapa yang mau menjadi pengikut Yesus dan bagaimana menjadi pengikut-Nya teladanilah bunda Maria karena di dalam hidup bunda Marialah tergambar dengan sempurna seorang pengikut Yesus Kristus.

Bunda Maria tidak hanya menjadi ibu Yesus Kristus, namun juga menjadi ibu rohani bagi seluruh umat Katolik dan umat manusia pada umumnya. Sebagai ibu rohani, Bunda Maria selalu siap membantu setiap orang yang membutuhkan bantuan, pertolongan, atau perlindungan. Bunda Maria menjadi sumber kekuatan bagi umat Kristiani dalam menghadapi tantangan dan kesulitan dalam hidup.

Bunda Maria menjadi teladan bagi umat Kristiani dalam menjalani hidupnya. Dalam kisah perjumpaan dengan kerabatnya, Elisabet, bunda Maria mengungkapkan keagungannya dan memuliakan Tuhan sebagai "sang penyelamat" dalam nyanyiannya yang terkenal, Magnificat. Nyanyian ini mengandung pesan penting tentang kebesaran Tuhan, pengampunan-Nya, dan kekuasaan-Nya atas alam semesta.

Selain itu, Bunda Maria juga dikenal sebagai pelindung dan penghibur bagi umat Kristiani dalam saat-saat sulit. Banyak orang yang mengalami kesembuhan atau keajaiban lainnya setelah berdoa kepada kepada Allah melalui perantaraan Bunda Maria. Ia menjadi tempat berlindung bagi mereka yang membutuhkan bantuan dan pertolongan.

Dalam tradisi Katolik, Bunda Maria dihormati sebagai Perawan Maria, yang artinya ia adalah seorang yang selalu mempertahankan kesucian jiwanya dan tidak pernah mengalami dosa asal. Penghormatan ini dilakukan dalam bentuk doa-doa dan persembahan-persembahan, seperti misa dan ziarah ke tempat-tempat suci yang dipersembahkan untuk Bunda Maria.

Bunda Maria adalah sosok yang sangat penting dalam agama Katolik, dan menjadi inspirasi bagi umat Kristiani di seluruh dunia. Bunda Maria menjadi teladan bagi kita semua dalam kesabaran dalam menanggung penderitaan, kepercayaan yang mendalam kepada Tuhan, dan pengabdian tanpa pamrih kepada Tuhan.

Dalam kesederhanaannya, Bunda Maria mengajarkan kita untuk merendahkan diri dan selalu siap melayani sesama dengan penuh kasih sayang. Sebagai Bunda Penolong, Bunda Maria selalu siap membantu setiap orang yang membutuhkan, dan menjadi penghibur dan pelindung bagi umat Kristiani di seluruh dunia yang sedang berziarah menuju Bapa.

Catechism of the Catholic Church, 971.

Pope Francis, General Audience, December 12, 2018.

Lihat Sosbud Selengkapnya

Pengajaran Dasar Bunda Maria

Maria adalah seorang perawan yang tinggal di Nazaret, daerah Galilea. Yoakim dan Anna adalah nama ayah dan ibunya. Sebagai seorang Yahudi Maria sangat mengharapkan kedatangan sang Mesias, yaitu Juruselamat dunia. Dalam kehidupan Geraja Katolik, Bunda Maria merupakan sosok pribadi yang mempunyai tempat sungguh istimewa. Gereja Katolik sangat menghormatinya, sehingga dapat kita lihat, begitu kuat Devosi terhadap Bunda Maria.

Penghormatan ini dilakukan oleh Gereja

Dimana Letak keistimewaan Bunda Maria?

Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaikat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazaret, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria. Ketika malaikat itu masuk ke rumah Maria, ia berkata: "Salam, hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau." Maria terkejut mendengar perkataan itu, lalu bertanya di dalam hatinya, apakah arti salam itu. Kata malaikat itu kepadanya: "Jangan takut, hai Maria, sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah. Sesungguhnya engkau akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki dan hendaklah engkau menamai Dia Yesus. Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya, dan Ia akan menjadi raja atas kaum keturunan Yakub sampai selama-lamanya dan Kerajaan-Nya tidak akan berkesudahan." Kata Maria kepada malaikat itu: "Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?" Jawab malaikat itu kepadanya: "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah. Dan sesungguhnya, Elisabet, sanakmu itu, iapun sedang mengandung seorang anak laki-laki pada hari tuanya dan inilah bulan yang keenam bagi dia, yang disebut mandul itu. Sebab bagi Allah tidak ada yang mustahil." Kata Maria: "Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan; jadilah padaku menurut perkataanmu itu." Lalu malaikat itu meninggalkan dia. (Luk 1:26-38)

Dari perikop diatas kita mengetahui, bahwa dengan penuh iman dan penyerahan diri secara total kepada penyelenggaraan ilahi, Bunda maria berani menjawab panggilan Allah.

Dalam perjalanan Hidupnya Bunda Maria mempunyai relasi yang sangat mesra dengan Putranya Yesus Kristus, sejak ada dalam kandungan serta sampai wafat-Nya, karena ia telah dipilih oleh Allah menjadi Bunda Allah. Lewat kedekatan relasi inilah yang menjadikan Gereja katolik memppunyai keyakinan bahwa Maria sungguh-sungguh istimewa, baik dihadirat Allah maupun manusia.

lewat perjalanan sejarah Gereja dalam bimbingan Roh Kudus, lewat berbagai konsili Nicea, Konsili Efesus, konsili Kalcedon menetapkan bahwa Yesus sebagai Anak Allah, yang memang sungguh-sungguh Allah oleh karena sehakikat dengan Bapa, menjadi daging, menjadi manusia begitu rupa, sehingga Ia adalah Allah dan manusia (secara serentak), namun tetap satu.

Karena Yesus adalah benar-benar Allah, maka ibu Yesus menjadi ibu Allah. Istilah "Mater Dei" (bahasa latin) yang artinya Bunda Allah, mulai disebut pada abad ke IV

Link terkait mengenai Bunda Maria

[Materi Pengajaran Dasar] [Maria sebagai pola hidup orang beriman P. Josep Susanto Pr ] [Maria sebagai Tabut perjanjian, Maria dikandung tanpa Noda dosa (Immaculata) dan Maria diangkat ke Surga] [Gelar Bunda Allah] [Maria Harapan & Hiburan Umat Allah] [Gelar Maria Sebagai Penebus Serta] [Artikel mengenai Bunda Maria ]

Rm. Siprianus Soleman Senda, PrAlumnus Fakultas Filsafat Universitas Katolik Widya Mandira Kupang

TIMEXKUPANG.FAJAR.CO.ID - Menjadi pribadi pelaksana sabda Tuhan mengandaikan adanya iman. Berlandas pada imanlah seorang pelaksana sabda mampu mewujudkan kehendak Tuhan dalam hidupnya. Iman adalah sikap percaya dan bergantung sepenuhnya pada kekuatan Allah yang menyelamatkan. Dalam perspektif Paulus, kekuatan Allah yang menyelamatkan itu adalah Injil, dan Injil itu adalah Yesus Kristus, sang kabar gembira yang datang dari surga.

Maria sebagai seorang beriman menanggapi tawaran kasih Allah dengan sikap kooperatif. Rencana Allah mewujudkan penebusan manusia dengan menjadi manusia melalui Maria, diterimanya dengan sikap iman dan ketaatan total. Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan, terjadilah padaku menurut perkataanmu. Demikianlah yang dikatakannya kepada malaikat Gabriel (Luk 1:38).

Iman Maria kepada Allah membuat ia siap dan mau melaksanakan apa yang dikehendaki Allah atas dirinya. Sabda Tuhan diterimanya dalam seluruh dirinya dan dilaksanakannya dalam seluruh hidupnya. Sang Firman yang kekal (Yoh 1:1), menjadi manusia dalam dan melalui Maria. Misteri inkarnasi itu terwujud sepenuhnya karena ketaatan imannya yang total kepada kehendak Allah. Dengan demikian Maria menjadi pribadi pelaksana sabda yang luar biasa. Kekuatan imannya dan ketaatannya melaksanakan sabda merupakan teladan kristiani yang tetap relevan sepanjang sejarah Gereja.

Dalam ungkapan jiwanya melalui kidung indah, Maria menyanyikan pujian kepada Allah yang menunjukkan kasih setia melalui seorang hamba yang hina dina. Dia yang kecil dan sederhana dipilih oleh Allah untuk melaksanakan tanggung jawab raksasa demi keselamatan manusia. Karya agung Allah ditanggapi dengan rendah hati dan ketaatan iman oleh kaum kecil dan sederhana. Sebaliknya kaum berkuasa yang angkuh dan menutup diri pada Tuhan, dijungkirbalikkan ke dalam kehampaan makna. "Orang yang berkuasa diturunkannya dari tahta, yang hina dina diangkatnya." (Luk 1:52). Pengangkatan yang hina dina ini adalah tindakan revolusioner Allah untuk menyelamatkan manusia dari dosa dan maut. Manusia hina dina yang beriman diangkatNya menjadi Putri Pilihan untuk mengandung dan melahirkan Firman yang menjadi manusia. Firman kekal yang ada di surga tinggi, turun ke dunia dan menjadi manusia (Yoh 1:14). Santo Agustinus menegaskan hal ini dalam pernyataannya, "Allah menciptakan manusia tanpa manusia, tetapi Allah menebus manusia tidak tanpa manusia." Maria menjadi sosok seorang manusia pilihan Allah yang percaya dan siap melaksanakan sabda Tuhan. Dan karena iman dan ketaatannya itu, Elisabet menyebutnya "berbahagia". "Sungguh, berbahagialah dia yang telah percaya, sebab firman Tuhan yang dikatakan kepadanya akan terlaksana." (Luk 1:45).

Maria diangkat ke surga setelah kematiannya. Itulah pahala atas kesediaannya menjadi ibu Tuhan Yesus. Ganjaran sepadan dari kemurahan hati Allah akan Putri Pilihan yang sungguh beriman dan taat melaksanakan kehendak Allah. Pengangkatannya ke surga adalah buah dari pengangkatannya di bumi. Dia percaya dan memasrahkan diri untuk diangkat menjadi ibu yang mengandung dan melahirkan Penebus bagi dunia. Assumptanya di bumi adalah kasih karunia Allah yang berkenan padanya untuk melaksanakan rencana akbar penebusan manusia. Dan Maria dalam ketaatan imannya melaksanakan tuntas sabda Tuhan kepadanya.Dari gambaran figur Maria yang demikian berdasarkan Injil Luk 1:39-56, kita dapat merenungkan dan meneladani Maria dalam beberapa aspek.Pertama, Maria tokoh iman. Maria adalah contoh orang beriman yang kokoh pada Tuhan. Ia percaya sungguh akan Allah. Seluruh hidupnya melantunkan iman kokoh yang terpelihara dan terolah baik. Meskipun iman itu harus melalui ujian berat berupa "sebilah pedang akan menembus jiwamu", sebagaimana diramalkan Simeon (Luk 2:35). Pedang itu adalah sengsara dan wafat Yesus, buah tubuhnya sendiri. Bahkan dalam situasi genting itu, Maria tidak goyah iman. Ia tetap percaya bahwa sabda Tuhan akan terlaksana padanya. Kebangkitan Yesus menjadi mahkota sukacitanya usai jiwanya ditembus pedang penderitaan salib Putranya. Kita belajar dari Maria untuk memiliki iman yang kokoh. Seberat apapun tantangan hidup, iman adalah kekuatan yang menyanggupkan kita untuk bertahan karena kita percaya Allah tetap menyertai dan menopang kita. Pada waktunya Dia bertindak dan kitapun mengalami sukacita paska dalam kehidupan kita.

Kedua, Maria adalah pribadi yang taat. Dia menerima apapun kehendak Allah atas dirinya dengan sikap taat dengan rendah hati. Orang yang rendah hati biasanya akan taat pada kebenaran. Tetapi orang yang angkuh cenderung tidak taat pada kebenaran. Maria memberi contoh bagaimana bersikap rendah hati di hadapan Tuhan dan taat pada kehendakNya. Ketaatan Maria menjadi model ketaatan kita pada kebenaran sabda Tuhan.

Ketiga, Maria menjadi pribadi pendengar dan pelaksana sabda yang setia. Seluruh hidupnya didasarkan pada sabda Tuhan. Apalagi setelah Sang Sabda itu menjelma menjadi manusia dalam rahimnya. Ia setia mendengarkan dan melaksanakan sabda Tuhan. Dalam momen-momon krusial ia merenungkan sabda Tuhan, mengolah setiap perkara dalam hatinya dan memutuskan untuk setia mengikuti kehendak Tuhan. Itulah sebabnya Yesus memuji ibuNya sendiri dan menjadikannya teladan ketika bersabda, "IbuKu dan saudara-saudariKu ialah mereka, yang mendengarkan firman Allah dan melaksanakannya" (Luk 8:21). Kita belajar dari Maria untuk menjadi pribadi pendengar dan pelaksana sabda. Itu berarti sabda Tuhan menjadi inspirasi dan pedoman utama untuk hidup sejati. Mendengarkan dan melaksanakan sabda adalah spiritualitas hidup kristiani yang sejati. Menghayatinya mengungkapkan jatidiri kristiani, yakni pribadi kitabiah atau menjadi Injil yang hidup.Santa Maria Assumpta, doakanlah kami. Amin

%PDF-1.7 %µµµµ 1 0 obj <>/Metadata 1331 0 R/ViewerPreferences 1332 0 R>> endobj 2 0 obj <> endobj 3 0 obj <>/ExtGState<>/Font<>/ProcSet[/PDF/Text/ImageB/ImageC/ImageI] >>/MediaBox[ 0 0 595.32 935.4] /Contents 4 0 R/Group<>/Tabs/S/StructParents 0>> endobj 4 0 obj <> stream xœ½ZÛj#9}7øô8³Y¥ÒŒ ‰��efI`–}K6O“½ý?léÒv;V;Y½38vÛjéô©Ò©’Jlõ•­×«/·&B`7›[¶º´ìõßåâïå &•çF2åÇò÷Ÿ—åâ—ØÛr‘¯ýÏŸÆwüþm¹X=|{~}Ñló'ûy¹`Û/·Œ­ÿz~Û�«Ÿžß^Ù§—·«‡Íç‚Æ\ÄÎY Þµ×%ó¨¹ óDCÜш–{ÞþX. �†Bqg™3†KÇžŠ`¯ÔøþDz<Áî—‹_?±Ï¿±§—‹-õ4�P^ŽPVJð\hæ9Žf\kêXá-½â†^®dü… ‘¯‘®½¢Ï7»ßaÄpðXøô†;9�öq�ÜÎ sBD—û>Å5]Ûp¥‹â»£¶î6¶ËmüM�b�¯S>·ïÏ°BàÒL<É9«y&‚…TÌË­ª0&3’2‰íâƒôÚ°ëlg2óÉú Mú>ß µ¡ßÜ6úué{“ÛffK¤{UP±¹,SRש8è&vÑÛ`Zjnå1çL÷�>�ÒgI…¡ —™ùy›ƒÛyq�¢ØÕ ËÍ Ë�ðê&Åõóâ²¾°ˆy�àºÉ�Ð%™¦�{߬C r ˜4\Ù&`¢z ˜‘\QÌ1Âq¯?Ö�Ïáÿ6œòŠëΣM¨CRpÂs´®ÚD`Þà§-͵6˜7úim8¶‰ÀLá¯Ì5�.âk6o Ô’òâ6›)Œ äæCSvàÁÒÖvnj­;Sl.”)g849™œ76+ã¸ùPŒ«À:Äf$`UTZrÑ$²C`žDE­]ªÑ™Ÿ²! …m Ù!�ÀE�¾Ñé;Ä¢i\HiH#_BÑ \Ž¿Í¿:D¢¸âB¿�¯�è.­ùÂj—�|a±?�KÚ¸ÑÖ‚«‹ÖOâŒ[¬-¸º¨ý$.!ZùšUï¥3­|ͪ÷Ò6ï‘Ϫ÷RûV¾ú,=ô0Õºå�_Òæ°¤`-W±>c�÷KE!îA»ë¼é<Þ�Ò”*¾âP6¡1¤æw£íîa;îÞuåFßqqÁáÝC*¤uhýÏ"¾CD;"^Ò ‡Ò]ð’»#½ÙÕrÂUÜò1ºcLŒ˜ME±0Ø'ýlƒƒõ`»ÜÓèv´*]£•AÇ7E/Ó—sa¸1ÏwV…§C¼>fGÊõã ¨ZAÛî+cû±Èâ6A¦ÏvWƒyï×`J¹Gå2P¢^%ÃI·Îŵd̾¾�₹þDgñ